Abu Sa’id Al-Khudri adalah orang ke tujuh yang banyak meriwayatkan
hadist dari Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam. Telah meriwayatkan 1.170
hadits. Orang orang pernah memintanya agar mengizinkan mereka menulis hadits
hadits yang mereka dengar darinya. Ia menjawab “ Jangan sekali kali kalian
menulisnya dan jangan kalian menjadikan sebagai bacaan, tetapi hapalkan
sebagaimana aku menghapalnya”.
Abi Sa’id lebih dikenal dengan nama aslinya adalah Sa’ad bin Malik
bin Sinan. Ayahnya Malik bin Sinan syahid dalam peperangan Uhud, Ia seorang
Khudri nasabnya bersambung dengan Khudrah bin Auf al-Harits bin al-Khazraj yang
terkenal dengan julukan “Abjar”.
Ketika perang Uhud pecah ayahnya (malik) membawanya kepada
Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam dan meminta agar anaknya diikutkan dalam
peperangan. Pada waktu itu Jabir masih berusia 13 tahun, namun ayahnya
menyanjung kekuatan tubuh anaknya:” Dia bertulang besar ya Rasulullah” tetapi,
Rasulullah tetap menganggapnya masih kecil dan menyuruh membawanya pulang.
Abu Sa’id al-Khudri adalah salah seorang diantara para sahabat yang
melakukan bai’at kepada Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam mereka berikrar
tidak akan tergoyahkan oleh cercaan orang dalam memperjuangkan agama Allah
Subhanahu wa ta’ala, mereka tergabung dalam kelompok Abu Dzarr al-Ghifari, Sahl
bin Sa’ad, Ubaidah bin ash Shamit dan Muhammad bin Muslimah.
Abu Sa’id al-Khudri bersama Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam
dalam perang Bani Musthaliq, perang Khandaq dan perang perang sesudahnya,
secara keseluruhan ia mengikuti 12 kali peperangan.
Riwayatnya dari para sahabat lain banyak sekali namun sumber yang
paling terkenal adalah bapaknya sendiri Malik bin Sinan, saudaranya seibu
Qatadah bin an-Nu’man, Abu Bakan, Umar, Utsman, Ali, Abu Musa al-Asy’ari, Zaid
bin Tsabit dan Abdullah bin Salam.
Sedangkan orang orang yang meriwayatkan hadits darinya adalah
anaknya sendiri Aburahman, istrinya Zainab bin Ka’ab bin Ajrad, Abdullah bin
Umar, Abdullah bin Abbas, Abu Thufail, Nafi’ dan Ikramah.
Abu sa’id membawa putranya Abdurahman ke tanah pemakaman Baqi, dan
berpesan agar ia nanti dimakamkan di bagian jauh dari tempat itu. Katanya: “
Wahai anakku, apabila aku meninggal dunia kelak, kuburkanlah aku disana, Jangan
engkau buat tenda untuk, jangan engkau mengiringi Jenazahku dengan membawa api,
Jangan engkau tangisi aku dengan meratap-ratap, dan jangan memberitahukan
seorangpun tentang diriku”.
Kemudian ia beliau wafat pada tahun 74 H
No comments:
Post a Comment